Kisanh serem di masa ak kecil



Sebagaimana halnya anak-anak di daerah pertanian Jawa Tengah pada sekitar tahun 1970-an yang sejak kecil akrab dengan cerita setan semacam tuyul, kuntilanak, pocong dsb demikian juga halnya saya, yang kelahiran Brebes, 11 km sebelah barat kota Tegal, Jawa Tengah.
Mungkin dari semenjak saya mulai belajar berjalan umur 2 tahunan setiap hari secara pasif maupun aktif, baik sengaja maupun tidak sengaja, saya dijejali dengan cerita-cerita dari sesama teman main hingga kisah nyata dari narasumber yang sudah kakek-kakek mengenai penampakan suatu setan. Dari kecil itulah saya dididik untuk mempercayai sesuatu omong kosong mengenai setan sebagai fakta kehidupan yang membuat saya ketika kecil (seumur anak SD) selalu ketakutan, merinding ketika harus melewati suatu tempat yang gelap di malam hari, juga membuat saya tidak bisa tidur di malam hari setelah nonton film-film yang bertema cerita horor.
Seingat saya ada cerita tentang sosok wanita berambut panjang yang selalu keluar pada malam hari dari sebuah kamar mandi yang ada di samping rumah tetangga. Ada cerita tentang wewe yang pernah menculik seorang tetangga saya. Ada Genderuwo di tempat gelap yang kakinya saja setinggi pohon kelapa. Umumnya hal-hal jelek dialamatkan kepada setan, antara lain setan mendiami daerah yang kotor atau gelap seperti jamban yang remang-remang dan bau, sumur yang gelap di halaman rumah, rumah kosong yang nampak awut-awutan, kandang kambing yang bau dan nampak gelap di malam hari atau mendiami pohon besar dan rimbun. Setan juga sering digambarkan antara lain mempunyai dua buah tanduk diatas kepala, bermata besar melotot, berkulit merah atau hitam, bertaring, berkaki seperti kaki kuda, berekor seperti sapi, bertampang jelek dan menyeramkan. Ya pokoknya perpaduan unsur-unsur yang membuat muka setan ini jadi “eneg” buat dilihat-lihat (mungkin tidak jauh berbeda dengan muka si penulis buku  ini, he-he-he). Gampangannya bila si setan ini mau ikutan lomba Cover Boy, dapat dipastikan ia sudah didiskualifikasikan bahkan pada saat baru mendaftar….
Orang-orang bila mendengar sebuah cerita seram biasanya akan menceritakan cerita tersebut ke orang lain seolah-olah cerita itu benar-benar terjadi. Sebagai produk doktrinasi adanya setan yang sukses, mereka nampaknya tidak pernah berusaha berpikir secara logis benar tidaknya sebuah cerita tentang setan atau hantu. Dalam kumpulan Esai yang berjudul Si Parasit Lajang: Seks, Sketsa dan Cerita  pada artikel yang berjudul Surat dari Jelangkung, Ayu Utami menulis mengenai mahluk halus yang isinya tidak jauh berbeda dengan pemikiran orang Indonesia pada umumnya (hmm… Mba’ Ayu):
Pukul 12 Malam barulah Sahal datang ke kantor dan membuka surat itu sendirian. Konon, setelah tengah malam, gelombang manusia dan roh halus lebih gampang ketemu. Tentu dia lebih takut daripada saya tadi..
Ngomong-ngomong, saya juga pernah melihat setan, tepatnya pernah merasa melihat setan pada umur 19 tahun. Waktu itu malam hari kebetulan hari Jumat pukul 21.00 WIB dan kebetulan lagi hujan gerimis. Di sebuah lorong yang gelap saya berlari kecil mencoba menghindari gerimis dengan perasaan deg-degan karena itu adalah tempat gelap sepanjang 50 meter, kemudian saya berbelok kanan ke lorong lain 20 meter dari rumah saya, entah bagaimana asalnya saya menengok ke samping kiri saya ke sebuah halaman kosong ukuran 4 x 4 meter agak remang-remang karena hanya diterangi lampu 5 Watt, dan… “Ya Tuhan… Pocong!” Sebuah sosok mayat dibalut kain putih pada jarak 3 meteran yang saya lupa bagaimana wajah si pocong ini. Yang jelas bulu kuduk, bulu-bulu halus di leher bagian belakang terasa berdiri, merinding dan saya ingin menjerit ketakutan tapi yang refleks saya lakukan adalah lari secepat-cepatnya.


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO


No Response to "Kisanh serem di masa ak kecil"

Diberdayakan oleh Blogger.